Asking The Right Question

Photo by Tim Gouw on Unsplash

Asking The Right Question

Halo semuanya, kembali lagi bersama blog yang tidak tentu ini. Hehehe, hehehe.

Setelah berkontemplasi pada kesibukan saya sekarang ini, saya untuk sementara memutuskan untuk membuat publikasi blog ini yang awalnya weekly alias seminggu sekali menjadi bi-weekly alias dua minggu sekali. Alasannya… kesel bro, aku mole pengene ngegame sakjane. Gitu…

Oke kembali ke topik…

Pada kesempatan kali ini saya sedang pengen berbagi pengalaman non-technical, yaitu cara menjadi interviewer yang baik. Berdasarkan pengalaman saya, kadang kala kita itu salah hire atau kelewatan/miss talent yang sebenernya bisa fit dengan kebutuhan tim kita karena hal sepele, yaitu salah memberikan pertanyaan.

“Asking dumb questions will lead to getting dumb answers”, kalo kata pepatah yang entah saya lupa, atau influencer palingan ya yang bilang.

Karena menanyakan hal yang tepat ini krusial banget dalam proses hiring, utamanya dalam proses interview baik cultural fit interview ataupun technical interview. Dalam kondisi umum, kita baru akan saling ketemu dengan talent di kesempatan itu, dan kita cuma bermodalkan resume mereka, it’s actually challenging job bro, trust me.

Contoh casenya, enggak mungkin kamu akan menanyakan perbedaan let dan const pada Frontend Engineer yang sudah punya pengalaman profesional >5 tahun, dan sebaliknya kamu juga enggak bisa tanya terkait Web Accessibility ataupun Performance Audit ke fresh graduate. Eh tapi case kedua masih mungkin sih, barangkali dia fresh graduate S2 ya kan. Juga kita enggak bisa mengandalkan question sets yang kita siapkan untuk semua interviewee dipukul rata, enggak pas gitu.

Semua talent punya backgroudnnya masing-masing, semuanya punya pengalaman yang berbeda-beda meskipun by number sama, jumlah tahunnya sama, size perusahaan sebelumnya sama. Maka dari itu kita harus tau kiat-kiat bertanya pada calon member baru team kita, wasyah kiat-kiat jare

Dalam bertanya kita perlu memperhatikan beberapa faktor nih:

  • Kualifikasi gimana yang kita cari?

    Seperti yang kita bilang, kalo mencari kualifikasi Senior ya jangan kasih pertanyaan yang kroco, coba challenge terkait experiencenya sebagai Senior, gimana impactnya ke tim, gimana dia menggendong tim dia berada.

  • Apa yang kita butuhkan dari calon member baru?

    Jago nyetir kah, jago standup comedy kah, suka bertanya kah, itu harus didefine dengan jelas di awal dengan hiring manager. Jadi jangan sampe kita pengen nyari yang sebenernya harus suka show-off, malah nge-hire yang tipikal behind the curtain, terus nanti malah dibilang underperformance lah ini lah itu lah. That is not fair 😉

  • Gimana experiencenya?

    Gimana experiencenya ini lebih ke kulik aja persona dan pengalamannya dia, it’s all about him/her, you should get to know better, not the opposite. Misal user dalam proses hiring ini masih newbie, tanya aja pake case-case yang sedang dihadapi di organisasi. Misal: mas gimana caranya optimize websocket yang data transaksinya 1000/detik? Kami nemu case ini dan bikin banyak unnecessary rendering.

  • Let it flow, bby…

    Dalam interview saya selalu kasih pembuka bahwa ini bukan interview interogasi, kita cuma ngobrol, pengen tahu lebih dalam dengan talent dan talent juga bisa punya kesempatan tau lebih dalam tentang organisasi kita. Mulai dari perkenalan kulik aja data CV nya dulu, pengalaman kemarin gimana, buat percakapannya mengalir aja meskipun question set mu akhirnya terbengkalai, nggak papa. Kalo kamu bisa bikin percakapannya masuk, kamu bisa kok sisipin pertanyaan yang mungkin kamu butuhkan sebagai standard developer di tempatmu.

  • Have a buddy…

    Ini bukan ke memilih pertanyaan sih, tapi lebih ke teknis interview. Ketika interview, kecuali kamu CEO alias bos terakhir, it’s better to have a buddy, karena judgement kita bisa cloudy, kita mungkin miss dengan pertanyaan krusial, gunanya buddy itu fill the gap itu tadi, juga biar judgement nya bisa dari beberapa POV. Jadi kalo misal kamu technical interview, tapi interviewernya cuma 1, LARI…

Apa lagi ya…. Setelah tak baca ulang kok ya jane podo wae karo praktek wawancara pada umumnya ya. Yaudah pokoknya gitu kawanku, jangan cuma mengandalkan question set, be more humane, get to know them better, then ask the right question.

Adios! Have a great day!