The little family who make me learn so much

Photo by Tyler Nix

Hal paling menyedihkan dalam hidup saya, setidaknya sejauh ini, adalah kehilangan yang saya sayangi. Keluarga, baik itu orang maupun hewan. Terakhir, baru-baru ini saya baru aja kehilangan salah satu bagian dari keluarga kami, kucing saya namanya Milo.

Milo hilang Kamis kemarin, sudah dicari-cari keliling kampung, enggak ketemu, apalagi Semarang minggu lalu hujannya ngeri-ngeri, saya sempet khawatir kalo Milo kehujanan di jalan. Singkat cerita, setelah dicari tidak ketemu kami berasumsi Milo pergi, tapi masih mengganjal buat kami karena Milo masih punya anak-anak yang usianya masih kecil. Akhirnya hari Minggu, setelah bongkar-bongkar di dalam rumah, ternyata Milo sudah ditemukan kondisi nggak bernyawa, dan dari kondisinya menunjukkan sudah berhari-hari di situ.

Bisa jadi Milo sudah enggak ada sejak Kamis.

Sedih, saya sangat sedih, bukan karena kehilangan Milo, toh hidup dan mati ada di tangan Tuhan. Tapi saya sangat sedih, karena Milo telat ditemukan. Betapa kasiannya Milo di momen-momen mendekati ajalnya, sampe setelah enggak bernyawa, berhari-hari di tempat itu sendirian.

Tapi di sisi lain saya sangat bersyukur, karena Milo ditemukan di rumah, kalo di jalanan, entah bagaimana nasib Milo kalo terkapar, bisa jadi diabaikan orang begitu saja. Milo juga kondisi badannya enggak berliur, jadi kami pun lebih mudah untuk proses penguburannya. Selain itu anak-anaknya Milo juga sudah masuk usia yang bisa makan sendiri, jadi kami juga bisa lebih merawat dengan baik.

Itu cerita Milo…

Selain Milo, sebenernya ada sodara-sodaranya yang lain, yaitu Oreo, Kopi, dan Pocky. The original member of FnB family. Plus Moccachino alias Mochin, kucing yang kami temukan setahun yang lalu. Sama satu lagi deng, namanya Jiteng, ini adalah member tertua di rumah, yang sekarang entah dimana Jiteng berada.

Pocky sudah enggak ada sejak usia 3.5 bulan karena keracunan, entah yang bikin keracunan Pocky itu karena main tikus atau karena tanaman. Karena di hari itu, subuh-subuh Pocky sempat mainan tikus bareng saudaranya, tapi somehow cuma Pocky yang keracunan. Hingga akhirnya setelah kami bawa ke vet, Pocky mati pas saya gendong setelah kejang dan saya sempat CPR beberapa kali.

Oreo, entah kemana ini anak lanang. Oreo sudah pergi dari rumah sejak bulan Februari lalu, karena juga sering dinakali sama Jiteng, terus Oreo sempat hilang beberapa hari, pulang sebentar, lalu pergi dan enggak pernah balik lagi ke rumah. Sejujurnya saya kadang masih mimpiin Oreo, semoga sih Oreo pergi berkelana ya, enggak sampe keracunan atau yang lain.

Kopi, kucing yang sakit-sakitan di 3–4 bulan pertama. Karena indukannya Kopi ini pure kucing liar yang saya ajak ngobrol buat masuk ke rumah — yes you hear me, saya ajak ngobrol “Ayo sini masuk aja, anak-anakmu (generasi sebelum FnB family) dibawa” — jadi indukannya masih penyakitan, flu lah ini lah. Akhirnya kopi terkena flu, terus juga sempat gejala chlamydia ketika masih umur 1 bulanan, jadi Kopi menghabiskan masa kecilnya dengan berjemur. Kami udah sempet memikirkan opsi kalo Kopi bakal “tereliminasi” duluan dibanding sodaranya yang lain. Turns out di usia 4 bulanan lebih dikit, setelah saya coba periksakan ke dokter untuk terakhir kali (karena udah ke vet, sempet sembuh, kambuh lagi, gitu terus sebelumnya), Kopi akhirnya sembuh dan enggak ada tanda-tanda sakit flu lagi. Sempat cacingan juga sih, tapi kemudian udah oke.

Moccachino a.k.a Mochin, kucing yang kami temukan di belakang rumah, di sela-sela tembok. Kucing paling sopan sebenernya, tapi sayangnya Mochin kena FPV atau FIP basah, semacam virus yang bisa dibilang corona nya kucing. Dan kucing yang kena FIP ini hampir 100% mati. Mochin salah satunya.

Oh sama satu lagi dong, si Jiteng, kucing hitam preman kampung yang juga sering nakalin kucing-kucing jantan di rumah kaya Kopi, Mochin, dan Oreo. Kucing yang memegang rekor kami pelihara paling lama, hampir 3 tahun. Biasanya kucing jantan yang kami pelihara itu either pergi atau mati di usia-usia bahkan sebelum 1 tahun. Sekarang Jiteng statusnya masih missing, antara belum pulang atau belum ketemu.

Kucing-kucing saya ini, member of FnB family plus Jiteng, punya tempat spesial di hati saya. Karena dari mereka ini saya belajar sangat banyak dan saya akhirnya bisa menunaikan impian-impian masa kecil saya.

Saya belajar untuk langsung las les ke vet kalo ada apa-apa sama kucing saya. Karena kan ya pengetahuan dan kemampuan saya terkait hewan sangat terbatas, jadi daripada saya sok ngide malah kucingnya tambah parah kondisinya, mending diserahkan ke professional. Adapun hasilnya biarkan Tuhan yang menentukan. Alhamdulillaah, kucing kami setelah dibawa ke vet sih mostly kondisinya membaik.

Jiteng yang 2 kali hampir mati, yang pertama karena stress kehilangan sodaranya dan yang kedua keracunan sampe perlu di opname di vet. Milo yang sempat “stroke” wajahnya ketika proses ganti gigi. Oreo yang sempet keracunan karena sempat kami kasih paracetamol ketika badannya panas pas proses ganti gigi juga. Dan masih banyak lagi kejadian-kejadian yang tidak mengancam nyawa tapi bikin kami khawatir yang terselesaikan dengan baik di vet.

Dulu kalo ada apa-apa mana bisa saya ke vet, selain dokter hewan dulu tidak terlalu banyak, saya pun juga enggak ada pengalaman dan uang untuk membawa hewan peliharaan saya ke vet.

Bareng FnB family juga, akhirnya saya bisa mewujudkan impian kecil saya, yaitu ngasih makan kucing pake makanan kucing yang proper. Dari dulu saya emang pelihara kucing di rumah, tapi karena kami juga terbatas, kucing kami dulu ya makannya nasi pindang aja, yang penting kelihatannya kenyang, meskipun pasti kucingnya juga enggak begitu cocok sama nasi.

Akhirnya setelah punya FnB family, saya bisa ngasih makan whiskas/me-o atau pernah beberapa kali merk makanan kucing yang lain. Saya yang dulu melihat whiskas sebagai salah satu makanan sultan buat kucing, akhirnya sekarang bisa ngasih makan kucing saya pake itu, it’s like a dream comes true. Ya gimana whiskas aja dari dulu harganya 5 ribuan, sangu saya pas SMK aja cuma 10 ribu, 5 ribu di keep buat jaga-jaga kalo perlu bensin atau ada butuh fotocopy-fotocopy, mana bisa beli whiskas ges.

Lastly, saya belajar untuk menyayangi hewan dengan lebih baik. Saya dulu cukup temperamental ya sama hewan, apalagi bapak saya tidak mencontohi saya gimana menyayangi kucing, malah yang ada kucing itu ditendang kalo pas nyuri makan atau apa gitu. Jadi ya saya dulu cukup jahat sama hewan, tapi karena FnB family ini saya jadi paham oh gini lo harusnya memperlakukan kucing. Gitu gitu.

Oh sama satu lagi deng, akhirnya bisa manggil kucing pake nama mereka dan enggak pake puspuspuspus. Seteleh ngelatih kucingnya bermodalkan meo creamy treats, kucing bisa disuruh duduk anteng dan dipanggil pake nama yang kami kasih. Hehe

Well, mungkin juga masih banyak lagi lainnya yang saya secara enggak sadar atau kelupaan ketika nulis ini yang saya ambil hikmahnya (halah) karena memelihara FnB. Nanti kalo ingat mungkin bisalah kita bikin part 2 nya. Hahaha

Banyak hal yang terjadi dalam rentang waktu dari April 2021 kemarin sampai hari ini. Dengan pulangnya Milo ke rahmatullah, berarti member FnB family di rumah tinggal Kopi. Kopi paling lemah dan kami kira akan mangkat duluan, ternyata justru yang bertahan hingga sekarang ini. Enggak terduga.
Sangat tidak terduga.

Ya begitulah cerita saya ngalor ngidul hari ini, semoga semua teman-teman yang punya anabul senantiasa diberikan kesehatan (orangnya maupun anabulnya). Untuk teman-teman yang kehilangan anabulnya, semoga segera diikhlaskan, meskipun kangen kadang-kadang itu juga enggak papa. Saya juga masih kangen sama Pocky, Oreo, apalagi Milo.

Have a great day semuanya!