Goal and Journey

Goal and Journey

Tentang berkembang…

Photo by Vlad Bagacian on Unsplash

Saya ini tipikal orang yang suka banget coba-coba banyak hal, dari kecil suka nyobain ini itu, awalnya karena memang tuntutan orang tua tentang standard anak pintar yang harus bisa apa aja yang kemudian juga terpaksa jadi kebiasaan (hahaha). Bahkan saya juga sadar bahwa saya ini tipikal orang yang jack of all trades, orang yang bisa ini itu, tapi yaa rata-rata semua skillnya, atau bahkan dibawah rata-rata.

Dari sekian banyak hal yang saya coba, rasanya sepanjang hidup ini ada dua hal yang bener-bener saya tekuni, yang pertama Pramuka, yang kedua web development, terutama frontend development. Dua hal ini yang membuat saya tertarik untuk dive deeper dan mau jadi orang yang bener-bener getol, bukan sekadar tahu-tahu doang.

Meskipun begitu, ada perbedaan mendasar saya pengen explore kedua hal tersebut lebih dalam. Ketika dulu saya mendalami Pramuka, salah satu alasannya adalah pengen eksis, pengen menonjol, juga ada rasa pengen membuktikan bahwa jadi pramuka enggak menghalangi kita untuk berprestasi. Ketika saya sekarang mendalami frontend development, alasannya sama sih pengen eksis juga, pengen jadi senior level developer (beneran), dan juga sedikit balas dendam karena dulu pernah enggak bisa apa-apa ketika part-time di salah satu startup di Jogja.

Loh enggak ada bedanya dong? Eh iya juga ya, hahaha. Enggak, enggak, enggak, itu masih muqodimah kok (ngeles), yang membedakan antara menjadi Pramuka dan Frontend developer, adalah mindset saya untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut.

Ohiya saya ini orangnya sangat kompetitif, nggak mau kalah pokoknya, pengen keliatan, pengen berprestasi. Nah mindset kompetisi inilah yang saya pake ketika mendalami Pramuka di usia Penegak dulu. Pengen jadi pramuka garuda, pengen ini pengen itu, bahkan ada beberapa hal yang saya inget yang menurut saya enggak pantes saya lakuin untuk mencapai tujuan saya tadi. Long story short, saya udah nih jadi Pramuka Garuda, tingkatan tertinggi untuk Pramuka usia peserta didik di masing-masing golongan. Kemudian saya jadi juara Eagle Scout Award, lomba Pramuka Garuda se-Jawa Tengah, atau kalau kerennya saya ini dulu Pramuka Garuda nomor wahid pada saat itu (berdasarkan lomba itu sih), kemudian dapat penghargaan Pramuka Berprestasi tingkat Nasional, dan pada akhirnya saya juga dapet Lencana Teladan. Kalo yang ini bener-bener penghargaan tertinggi untuk pramuka usia peserta didik, kalo udah pernah dapet ini, wah bisa dibilang top lah.

Semua hal yang saya pengen di pramuka udah dapet nih, tapi karena mindset saya ketika mencapai tujuannya adalah kompetisi… Ketika saya udah dapet segala penghargaan tadi… it feels empty, enggak punya temen, yaa not literally enggak punya temen, tapi lebih tepatnya enggak punya temen yang diajak untuk berbagi kebahagiaan bersama, saya juga bahkan jadi orang yang keras, maunya menang sendiri, dan memperlakukan temen-temen saya dengan enggak begitu baik.

Tau nggak sih rasanya udah ada di puncak, tapi enggak ada siapa-siapa, suwung gitu… Hmm…

Nah ganti cerita, setelah mencoba banyak hal dan bidang tentang software engineering, pada akhirnya saya memantapkan pilihan untuk jadi frontend developer. Tetep dengan goal pengen eksis, pengen menonjol, pengen jadi senior developer.

Awalnya… Saya juga menjalani proses berkembang ini dengan mindset kompetisi, saya jadi agak sensitif dan enggak begitu seneng ngelihat temen-temen saya mendalami bidang yang sama, takut tersaingi lah~ Yaa awalnya sama aja, proses ini enggak enjoyable, saya ngelakuin ini itu mengejar validasi dan ketika udah tercapai satu dua prestasi, kosong rasanya.

Nggak bisa diterus-terusin nih hal kaya gini… Bahaya…

Saya coba shift pemikiran saya, bahwa it’s not about winner and loser, bukan perkara pemenang pecundang, menjadi frontend developer yang bisa dikatakan senior adalah perjalanan panjang, it’s a long long journey ahead. Bukan perkara menangin penghargaan atau trofi untuk membuktikan bahwa saya nih frontend developer yang handal.

Saya coba ulangi lagi, saya coba reset mindset saya, saya ganti menjadi sebagai developer, harus selalu berkembang, pelan-pelan enggak papa, dengan pace diri sendiri, enggak perlu ngoyo tapi tetep enggak boleh males-malesan.

Akhirnya saya coba explore ini itu, ketemulah salah satu challenge namanya #100DaysOfCode, 100 hari berturut-turut ngoding bung! Saya coba ambil challenge ini, meskipun enggak sepenuhnya dalam 100 hari saya ngoding, beberapa kali saya males ngoding dan memutuskan untuk menulis hal terkait frontend development, yang penting saya harus melakukan sesuatu yang “baru” untuk perkembangan diri saya. Hasilnya, perjalanan saya untuk belajar software engineering atau lebih tepatnya frontend development (karena sempet belajar Ruby juga) jadi lebih enjoyable. Saya enggak ngoyo, saya pelan-pelan tapi pasti, enggak melakukan untuk mencari validasi dari orang lain tapi untuk kepuasan diri sendiri, saya enggak menganggap temen-temen saya ini rival yang harus dikalahin tapi temen yang jadi tempat tanya kalo saya enggak tau atau bingung juga jadi temen untuk diskusi bareng meskipun kadang sama-sama enggak ketemu hasilnya hahaha.

Alhamdulillah sampe sekarang masih… masih kadang males juga belajar lagi begitu selesai challengenya, hahaha. Bukan deng, saya masih menyempatkan waktu untuk belajar hal-hal baru lagi, saya tertarik untuk menantang diri saya lebih jauh lagi di frontend development.

Dari kedua hal yang saya tekuni atau saya dalami tadi saya belajar bahwa untuk berkembang itu lebih enak dengan mindset journey atau perjalanan, bahwa berkembang pelan-pelan untuk mencapai tujuan kita, karena dengan mindset tadi ketika goal kita udah tercapai pun, masih akan ada perjalanan yang lebih panjang dan lebih jauh lagi menanti kita, it’ll never be boring.