Jika ada satu sifat baik yang harus kamu punya, pilihlah kejujuran diantara lainnya.

Photo by david laws on Unsplash

Honesty atau kejujuran mungkin salah satu “hal baik” yang sering kita denger dari orang-orang di sekitar kita, tapi nyatanya banyak orang yang enggak berbuat demikian. Padahal nyatanya menerapkan kejujuran ini memang terbukti membawa dampak yang baik untuk kita dan orang di sekitar kita.

The root of every good thing

Menurutku menjadi jujur adalah root atau akar dari berbagai hal baik lainnya, baik untuk kita sendiri maupun untuk orang di sekitar kita. Misalnya jujur pada diri sendiri bahwa kita memang bukanlah orang yang sempurna bisa membuat kita menerima diri kita sendiri dan menjadi awal untuk self love atau mencintai diri sendiri. Berangkat dari mencintai diri sendiri, kita bisa lebih mengakui kelebihan dan kekurangan kita yang bisa menjadi bahan untuk refleksi diri sendiri, akhirnya kita bisa menjadi diri kita yang lebih baik dari sebelumnya.

Salah satu kekurangan yang enggak bisa kita terima adalah ketidaktahuan, menurut buku Think Like a Freak karya Steven D. Levitt dan Stephen J. Dubner, 3 kata paling sulit untuk diucapkan manusia adalah “I don’t know”. Kita selalu berusaha untuk terlihat tahu sesuatu dan kita enggak suka terlihat bodoh dengan enggak tahu sesuatu, yang pada akhirnya kadang malah jatuhnya bohong. Padahal dengan mengakui tidak tahu, justru membuka kesempatan kita buat belajar hal-hal baru dengan lebih mudah dan tanpa beban.

Selain enggan untuk terlihat enggak tahu kita juga biasanya cenderung menghindari kesalahan, kadang kita enggak mengakui kesalahan atau lebih parahnya kita menimpakan kesalahan yang kita buat ke orang lain. Berbuat jujur akan menjadi hal yang memotong rantai salah-salahan ini, ketika kita salah atau kita enggak tahu, jujur saja dan akui kalau itu memang tanggung jawab kita. Ini selaras dengan kata Ganjar Pranowo di salah satu podcast-nya Dedy Corbuzier bahwa “mengakui kesalahan adalah bagian dari sifat ksatria”.

Toh nyatanya memang kita seperti ini, makhluk yang enggak jauh-jauh dari salah dan enggak tahu. Tidak perlu merasa malu, akan ada banyak orang yang menghormati keberanian kita akan pengakuan itu kok.

Gain others’ trust

Seperti yang sudah aku sampaikan sebelumnya bahwa kejujuran juga menjadikan hal baik untuk orang di sekitar kita, salah satunya mendapatkan kepercayaan orang. Kepercayaan mungkin jadi salah satu hal yang paling mahal di dunia, dari dulu hingga sekarang dan mendapatkan kepercayaan orang lain itu bukanlah hal yang mudah. Sekali saja kamu mengkhianati kepercayaan orang lain, kepercayaan itu akan pergi jauh dan sulit untuk kembali.

Mungkin banyak orang yang mendapatkan keuntungan sesaat dari berbuat bohong, tapi menurut Eric Barker di bukunya Barking Up the Wrong Tree atau Mendaki Tangga yang Salah, nyatanya banyak orang baik yang justu berada di puncak statistik kesuksesan.

Menurutku pun, salah satu hal yang bisa membawa kita jadi sukses (meskipun aku sendiri sekarang belum bisa dibilang sukses) adalah percaya orang lain dan bisa dipercaya orang lain.

Menjadi jujur itu lebih mudah

Menurut riset berbohong membuat otak kita bekerja lebih keras dibandingkan ketika kita berbuat jujur. Sekitar ada empat belas dari bagian otak kita yang bekerja ketika kita berbohong dengan tujuh bagian otak yang berbeda dibandingkan ketika kita jujur. Bukankah justru lebih menguntungkan buat kita kalau kerja keras otak kita ini enggak disia-siakan hanya untuk berbohong? Kita kan jadi bisa melakukan hal lain yang lebih menyenangkan dan bermanfaat, misalnya ngerakit gundam, main puzzle, belajar, atau ngoding.

Dari sisi psikologi sendiri, bohong punya efek domino yaitu dengan memunculkan kebohongan lainnya, jadi sekalinya kamu bohong, kamu berpotensi menyampaikan kebohongan yang lain selanjutnya. Kembali lagi bahwa selain bohong membuat otak kita bekerja lebih keras, bohong juga bisa membuat orang menarik kepercayaannya pada kita.

Kita waktu kecil juga tahu ada cerita tentang penggembala yang membohongi warga bahwa gembalanya diserang serigala. Saat dia bohong yang pertama warga datang tapi tidak ada serigala, warga kembali ke desa sambil marah-marah, bohong yang kedua hasilnya sama, ketika serigala benar-benar datang dan warga sudah tidak percaya akhirnya jadi titik kehancuran si penggembala tadi, tidak dipercaya warga dan gembalanya habis dimakan serigala. Bahkan di versi lain si penggembala ini juga ikut dimakan serigala.

Aku sendiri yang dulu ketika masih ababil (abg labil) sering berbohong, ke orang tua, ke teman, ke orang-orang, hanya untuk terlihat baik, terlihat keren, terlihat gaul merasakan berkata dan berbuat jujur lebih menyenangkan dan menenangkan, plus bisa menjadi umpan balik untuk orang di sekitar kita. Misalnya di kerjaan, aku enggak akan segan untuk jujur ketika teman kerjaku underperformance atau desain dari UI designer ku yang menurutku ampas. Secara langsung aku merasakan mereka berkembang, hasil kerja mereka lebih baik, dan mereka juga akhirnya (mungkin sedikit terpaksa) menerima aku yang seperti ini.

Tapi jujur tidak sama dengan asal njeplak atau ceplas ceplos, kita akan bahas nanti.

Menjadi jujur berarti selaras dengan alam

Buku yang beberapa waktu lalu aku baca, yang judulnya Filosofi Teras karya Henry Manampiring yang membahas tentang stoisisme menyampaikan bahwa supaya manusia bisa bahagia kuncinya adalah selaras dengan alam. Ketika kita melawan alam, kita tidak akan bahagia. Berbuat jujur merupakan perilaku yang selaras dengan alam.

Menjadi jujur (pada diri sendiri) membuat kamu tidak bersembunyi dalam kepalsuan. Kepalsuan untuk mengesankan orang-orang di sekitar kita, masyarakat, untuk mengejar penerimaan dan berakhir pada kita yang tersesat dalam menemukan jati diri kita sendiri.

Jadi, jujur bisa membuat kita menemukan kebahagiaan yang sebenarnya. Bukan kebahagiaan yang bergantung dengan hal-hal eksternal di luar kendali kita seperti harta, kesehatan, kecantikan, yang sewaktu-waktu bisa hilang.

Aku masih inget ketika dulu pernah mendapatkan nilai yang cukup buruk ketika Penjajakan Ujian Nasional, sebagai orang Asia kamu pasti tahu gimana komentar orang tua ketika tahu anaknya nilainya jeblok. Aku saat itu bilang kalau nilai itu adalah nilai yang aku dapat sendiri, tidak seperti teman-teman yang saling bertukar pikiran pas ujian dan kebetulan naskah soalnya juga enggak jelas, dan faktanya memang begitu. Kemudian penerimaan orang tua dan kepercayaan mereka justru meningkat dibanding sebelumnya.

Ketika kita selaras dengan alam, kita bahagia, karena alam memberikan support kepada kita. Selain itu ngapain juga menghabiskan tenaga, waktu, dan pikiran untuk menentang alam?

Bohong adalah salah satu perbuatan dosa

Aku sendiri memang orang yang mendapat didikan agama cukup kuat di keluarga dan menurutku aku perlu memberikan sedikit perspektif agama di sini. Sebagai umat Islam, mungkin banyak yang enggak tahu bahwa berbohong adalah salah satu dosa besar, bukan dosa yang remeh temeh, bung!

Menurut hadits riwayat At-Tirmidzi (HR. Tirmidzi), ketika seseorang berbohong malaikat akan lari sejauh 1 mil karena bau busuk yang keluar darinya. Padahal dalam Islam sendiri, blessing dari Allah itu diberikan ke kita melalui para malaikat. Kalo malaikat menjauh dari kita, lha siapa yang ngasih blessing ke kita? Ya enggak ada!

Setahuku juga di ajaran lain punya penegasan tentang beratnya perbuatan bohong ini, tapi karena aku kurang referensi, aku tidak akan bahas lebih dalam tentang perspektif dari ajaran dan kepercayaan lainnya.

Di sisi lain, kadang berbuat jujur juga bisa memberikan dampak yang enggak terlalu baik, sepengalamanku.

Tanpa kendali yang baik, jujur bisa menjadi bumerang

Menjadi jujur dan terlalu jujur itu dua hal yang menurutku sangat berbeda. Jujur itu bisa kita kendalikan, mungkin kadang kita perlu menahan diri buat enggak ngomong dulu, mungkin ada kondisi dimana kita harus jujur setelah meredakan orang lain (ini berkaitan dengan kondisi emosi orang), tapi terlalu jujur justru cenderung membuat kita asal njeplak atau ceplas-ceplos.

Kalau kita enggak bisa mengendalikan kejujuran kita dan terjerumus menjadi ceplas-ceplos, kita justru kembali lagi menjadi “merasa jujur” dan “merasa sok benar”, akhirnya bukan jujur yang kita dapatkan malah kita looping ke kita yang enggak jujur. Selain itu kita juga bukan cuma terlihat bodoh, tapi menjadi bodoh dan dibodohi oleh obsesi kita akan “selalu berbuat jujur”, karena ketika kita selalu menyampaikan apa yang ada di pikiran kita, kita tidak terlihat jujur dan pintar, oh tidak Ferguso, kita semakin jelas terlihat bodohnya.

Juga mengutip dari sumber yang aku lupa, “Kebaikan yang disampaikan dengan cara yang buruk, akan menjadi keburukan”. Jadi jujur itu juga perlu kontrol diri sendiri, guys!

Temanmu jadi sedikit

Katakanlah kita sudah mengendalikan kejujuran kita pada batas wajar, tidak terlalu terobsesi oleh kejujuran. Kita sudah berbuat baik, setidaknya berusaha, dan menyampaikannya dengan baik, sekali lagi setidaknya berusaha. Terus kenapa temanku jadi lebih sedikit?

Aku pernah baca di mana gitu, lupa. “People love to hear lies, because lies are sweet and honesty is bitter”. Orang-orang suka denger kebohongan, ya karena bohong itu manis, enak didengar, terkadang membuat merasa lebih baik. Banyak kan kejadian orang yang gila dipuji karena cantik, padahal mungkin enggak terlalu cantik juga, mungkin alisnya enggak rata kaya polisi tidur dijejer, tapi masih ada orang yang memuji begini begitu.

Ya memang begitu, aku juga suka kok dipuji btw.

Menjadi jujur dalam pertemanan membuat kita enggak akan segan untuk mengingatkan teman kita, ketika mungkin alisnya enggak rata, mungkin kelakuannya berlebihan, mungkin dia enggak mandi, daaaaan sebagainya. Banyak orang yang enggak akan terima dan ngasih respon “Mind your own business! Dude!”, akhirnya mereka teman-temanmu akan terseleksi sendiri, dan hasil seleksi itu … adalah teman-temanmu yang sebenarnya.

Mungkin kadang jujur berdampak buruk untuk kita, tapi aku percaya hal buruk yang didapat dari berbuat jujur itu sementara, sedangkan kebahagiaan yang didapat dari berbuat jujur itu bertahan lama dan jangka panjang. Sebaliknya, berbuat bohong mungkin menguntungkan, tapi itu juga sementara, karena bohong bisa menjadi awal hal buruk lainnya.

Misalnya beberapa waktu yang lalu, puluhan tenaga kesehatan di RS Kariadi Semarang positif corona karena ada pasien yang tidak jujur mengenai riwayat perjalanannya. Kebohongan meskipun terlihat kecil, bisa menjadi awal malapetaka untuk banyak orang.

Menjadi jujur atau enggak itu pilihan masing-masing orang, kamu juga, ini pilihanmu. Tapi kalau kamu tanya aku, jawabannya sudah jelas jadilah orang yang jujur, sebisa mungkin di setiap waktu, karena kejujuran akan membawamu menjadi orang yang lebih bahagia dan kejujuran jadi awal kebaikan-kebaikan lainnya.

So if you have a chance to choose only one good trait for you, choose honesty above all.

Selamat berakhir pekan!