“Coba sebutkan 3 kelebihan dan 3 kelemahanmu!”

Pertanyaan yang mungkin enggak asing untuk orang-orang yang ingin mendaftar ke suatu perusahaan atau mendaftar ke suatu organisasi di kampus.

Berdasarkan pengalaman saya sebagai interviewer di organisasi mahasiswa saya dulu, pertanyaan inikadang bisa jadi pertimbangan cukup besar untuk merekrut orang. Pertanyaan ini cukup tricky dan bersifat untuk mengulik bagaimana kita mengenal diri kita sendiri. Tentunya sebagai interviewer tidak ingin mendengar bahwa kita tidak tahu kelemahan dan kelebihan kita. Kalau kita hanya tahu tentang kelebihan kita, kita bisa dinilai overconfident. Sebaliknya, jika kita hanya tahu tentang kelemahan kita, kita juga bisa dinilai sebagai orang yang minder.

Yhaa gimana ya, kita kan manusia seperti manusia pada umumnya, pastinya kita punya kelebihan dan kekurangan dong!

Saya yakin bahwa saya sekitar medio 3–4 tahun lalu akan langsung mengatakan bahwa “Kelebihan saya adalah A, B, C, D dan kekurangan saya adalah E, F, G, H”. Jawaban langsung yang singkat, padat, jelas, dan yang pasti sesuai pertanyaan, karena memang diminta untuk menyebutkan.

Tapi jika saya yang sekarang ditanya pertanyaan yang sama, kemungkinan besar jawaban saya akan cukup berbeda. Semakin kesini, melalui beberapa hal yang saya alami di dunia perkuliahan, masyarakat, dan dunia kerja, saya melihat beberapa kali (hal yang saya anggap) kelemahan justru menjadi hal yang menguntungkan dan sebaliknya kelebihan saya justru menjadi hal yang merugikan, baik untuk saya maupun sekitar saya.

Misalnya, salah satu kelemahan saya adalah keras kepala.
Nyatanya dari sikap saya yang keras kepala justru bisa untuk memaksa saya bertahan dengan standard coding yang cukup tinggi, standard desain yang enggak below average, juga bisa membantu ketika berdebat dengan tim back-end tentang API atau skema database yang menurut saya bisa dioptimalkan lagi. Tentu disisi lain keras kepala juga merugikan, saya cenderung ngeyel apabila saya merasa orang tidak cocok dengan saya tapi alasannya menurut saya enggak cukup kuat untuk meyakinkan saya.

Di sisi lain, saya yang merasa berusaha untuk jujur adalah kelebihan saya, juga terkadang memberi dampak yang kurang baik.
Berangkat dari sikap yang berusaha sejujur mungkin, justru menjadikan saya orang yang terlalu straight forward, saya dengan penuh kesadaran tahu juga banyak orang yang “sakit hati” karena saya terlalu jujur. Misalnya ketika saya merasa desain yang dibuat desainer dibawah standar, saya tidak akan ragu untuk bilang “Desain ini jelek”.

Ketika saya diminta untuk menyebutkan 3 kelemahan dan 3 kelebihan saya, sekarang saya mungkin akan menceritakan dengan perspektif berbeda, bahwa ya sejatinya tidak bisa kita kotak-kotakkan secara gamblang bahwa ini kelemahan ini kelebihan, karena semua bisa menjadi kelebihan maupun kekurangan berdasarkan situasinya masing-masing. Kelemahan dan kelebihan yang diberikan Tuhan kepada kita, bukanlah sesuatu yang “sia-sia”, keduanya saling melengkapi dan menyokong kita.

Tulisan ini bukan untuk mendukung pembenaran apabila kita punya kekurangan yang merugikan orang lain, tentu kalau kita memang sadar bahwa kita punya kekurangan yang jelas-jelas dapat merugikan sekitar kita, kita perlu berbenah diri. Maksud tulisan ini adalah untuk melihat kelemahan dan kelebihan kita dari perspektif yang lebih luas, kemudian manfaatkan semua aspek dalam diri kita (termasuk kelemahan) untuk mendukung kita bertingkah laku dan meng-upgrade diri kita.

Selamat memanfaatkan kelemahan.