Kita cuma belum tau aja
Makanya kita begitu…
Kadang kita bener-bener anti sama sesuatu karena belum tau aja. Enggak suka terong, karena cuma ngeliat terong dimasak lembek-lembek aneh. Enggak suka kerja di korporat, karena banyak budaq korporat sambat di media sosial. Enggak suka saya, karena saya buriq. Well saya buriq sich, gmn dong…
Atau lebih serius, enggak suka tentang suatu ideologi, keyakinan (religius maupun non-religius), values, apapun itu.
Tapi kadang nyatanya setelah kita tau lebih banyak, punya perspektif yang lebih luas, it’s not that bad actually.
Misal saya dulu nggak suka terong, karena ibuk kalo masak potongannya gede-gede dan mblenyek, aneh. Setelah merantau jadi suka. Ada juga yang enggak suka baca buku, karena waste of time, ternyata setelah baca jadi suka. Ada temen saya yang enggak mau, anti, naik gunung, setelah sukses naik Merbabu sekali, jadi maniak gunung.
Atau… saya yang enggak setuju dengan LQBTQ+, sekarang… ya tetep enggak setuju, tapi lebih ke alah mboh karepmu, dan enggak perlu put pressure to people who are part of the movement. (Ya saya seinget saya sih enggak pernah put pressure juga)
Well, what I mean that it’s not that bad, does not mean you should agree with it or support it or even do it. You could just… tolerate it.
We just need more input, widen our perspective, we will be calmer and better at assessing the whole thing.