Selling Point

Hey, 2021 is here…

Photo by Avi Richards on Unsplash

Tahun sudah berganti, 2020 sudah lewat, sekarang kita hidup di 2021 masih ditemani pandemi yang statistiknya masih menunjukkan angka yang tinggi dari hari ke hari.

Beberapa orang masih berjuang untuk mengembalikan kondisi ekonomi, setelah kejadian yang membuat banyak perusahaan yang lay off di sana sini atau beberapa orang yang sudah lulus dari jenjang akademi dan perlu memperjuangkan ekonominya sendiri dengan mulai bekerja.

Enggak bisa dipungkiri, mencari kerja di masa pandemi begini memang sesuatu, enggak semua bidang terbuka seperti sebelumnya, man. Beberapa mungkin belum membuka kuota seperti biasanya, atau ada juga yang perlu pindah kota, padahal kasus juga sedang naik-naiknya. Lha gimana lagi, setiap perusahaan juga punya karyawan yang punya keluarga yang harus dirawat dan diberi makan.

Beruntungnya, bidang seperti yang saya tekuni, software engineer, saya lihat masih terbuka, justru malah banyak perusahaan yang mulai buka besar-besaran. Work from home atau remote working jadi salah satu alasan, karena perusahaan enggak perlu repot-repot mendatangkan orang ke kota kantor berada. Tapi dengan adanya permintaan yang besar, tentu juga akan ada persaingan yang cukup besar nantinya.

Lalu gimana? Kita kan juga mau bekerja, baik yang udah punya pengalaman atau fresh graduates. Okelah kalo yang udah punya pengalaman dan skill, mungkin enggak begitu susah untuk pindah perusahaan, kalo yang baru lulus?

Mungkin jawaban saya sih klise, tapi yaudahlah. Yang harus dilakukan adalah mempersiapkan diri. Persiapan ini mencakup pengetahuan, skill, portfolio, serta mempersiapkan tetek bengek seperti mencari tahu background perusahaan yang diminati — apakah proses bisnisnya cocok dengan latar belakang kita atau enggak — atau mempersiapkan seperti wawancara.

Mungkin yang udah pernah baca cerita-cerita sebelumnya tahu kalo saya tahun 2020 lalu tepatnya di bulan November, saya pindah dari Kulina ke Stockbit. Saya menghabiskan 3 bulan (gross time) untuk mempersiapkan diri baik secara mental bahwa it’s time to go to find new adventure, maupun secara skill. Proses yang cukup menguras hati apakah pergi atau enggak, kemudian melakukan evaluasi, membiasakan kebiasaan baru dengan #100DaysOfCode, self-reflect, dan sebagainya dan sebagainya.

Meskipun saya sudah punya pengalaman 2 tahun an di Kulina, saya merasa saya sendiri belum punya selling point untuk pindah ke tempat baru yang saya pengen challenge yang lebih tinggi, atau bahasa saya sih belum qualify untuk level up.

Terus kalo misal kita masih kondisi fresh graduate gimana? Kan kita pengen segera dapat kerja dan independen, salah satunya mungkin biar enggak jadi sungkan sama orang tua. Gimana mempersiapkannya dan butuh berapa lama?

Berdasarkan pengalaman saya dulu, ketika masih di Kulina dan terlibat di proses recruitment. Ada beberapa hal yang menurutku perlu diperhatikan untuk apply pekerjaan (terutama pekerjaan yang bukan asal yang penting kerja).

Explore info job seeker

Tujuan awal explore ini bukan cuma untuk melihat apply kemana, tapi coba perhatikan demand dari perusahaan-perusahaan yang ada sekarang. Gimana tech stack yang biasanya dibutuhkan. Misal React atau Svelte atau Vue, terus butuh pengetahuan/skill apa aja. Jadikan poin-poin tersebut sebagai benchmark/reference.

Evaluasi

Oke kita udah punya poin-poin terkait requirement pekerjaan yang relate sama kita. Sekarang waktunya kita coba evaluasi diri kita, dari poin-poin tadi mana sih yang kita udah cukup pede mana yang belum begitu pede atau justru malah belum tahu. Misalnya di dunia React ada yang namanya Suspense, Recoil, Redux Duck, dst.

Waktunya belajar

Setelah kita udah dapet hal-hal yang kita enggak tahu, waktunya kita untuk belajar lagi. Enggak perlu malu kok meskipun kita lulusan top 3 universitas di Indonesia pun, misal kita masih perlu banyak belajar. Toh belajar juga manfaatnya buat diri kita kok, juga kalo kamu jadi frontend developer males belajar beuh kamu bisa-bisa ketinggalan jauh nanti.

Psst, sini saya bisikin. Saya sempet baca-baca dan ngedengerin beberapa user yang biasa interview, mereka enggak terlalu banyak berharap terkait skill dari fresh graduate loh, justru kemauan belajar hal-hal baru adalah hal yang mereka perhatiin lebih. Jadi jangan khawatir misal kamu masih banyak belum tahunya, tapi kamu punya kemauan belajar yang tinggi dan punya buktinya.

Mungkin salah satu poin plus saya apply kerja di saat itu adalah kemauan untuk belajar dan saya bisa ngasih bukti.
“Saya sadar kok saya ini masih banyak belum tahunya, tapi saya mencoba overcome hal itu dengan mencoba membiasakan kebiasaan belajar hal baru setiap hari. ” adalah salah satu kalimat pamungkas saya, hohoho.

Persiapkan portfolio

Kita pasti udah familiar kalo banyak perusahaan terutama di startup sekarang ini udah enggak mementingkan lagi yang namanya ijazah. Kita benar-benar disaring berdasarkan kemampuan dan pengalaman kita.

Untuk orang-orang yang bergelut di industri kreatif seperti frontend developer, portfolio adalah senjata andalan. Kita bisa nyerocos kita punya skill ini itu, tapi kalo kita enggak bisa nunjukin bukti fisiknya, rasanya perusahaan bakal ragu-ragu.

Portfolio mah kalo skillnya udah oke, kalo masih kroco gimana?

Enggak papa! Kalo kamu belum bisa ngasih kualitas ke portfolio kamu, kamu bisa nekanin ke kuantitas portfolio kamu. Bikin sebanyak-banyaknya aja, amati tiru modifikasi web yang ada misalnya mampir ke pinterest terus nemu mockup yang bagus, convert ke web pake HTML+CSS, React, Vue, atau Svelte.

Ketika kita belum bisa bersaing di kualitas, biasakan aja diri kita ini dengan environmentnya dengan bikin yang banyak (tapi sekali bikin harus sampe selesai ya, jangan init terus tinggal gitu aja 😤). Tapi kalo kamu udah punya pengalaman, menurutku lebih baik fokus ke kualitasnya, bikin sesuatu yang bener-bener bisa maksimalin potensi kamu.

Final evaluation, and start applying

Setelah itu, coba evaluasi lagi, apakah hal-hal yang sebelumnya jadi weak points mu udah cukup tercover. Kalo kamu udah yakin bahwa hampir semuanya/kebanyakan udah terpenuhi, waktunya apply.

Tentu kalo kita melakukan persiapan-persiapan tadi bakal makan waktu lebih lama, mungkin bisa makan waktu 1–3 bulan. Tapi menurutku persiapan yang cukup panjang tadi worth kok, supaya kita percaya diri dan success rate kita juga tinggi. Karena menurut saya lebih capek (secara mental) ketika kita udah apply di banyak tempat tapi masih belum berhasil juga, bakal bener-bener bisa bikin semangat kita jatuh.

Lastly, selalu iringi semua usaha kita dengan do’a. Saya enggak tahu tentang kamu, tapi saya banyak dibantu secara “enggak kasat mata” lewat do’a :)

Semoga kamu yang sedang mencari kerja atau kesempatan baru diberi kelancaran! Stay safe, stay alive! Jangan lupa pakai masker.

Have a great day.