Because everything needs a beginning
Semarang lagi suka banget hujan, saya malam ini enggak jadi latihan, dan tulisan ini lebih gasik daripada biasanya karena ini ditulis masih di hari selasa. Jadinya ini bukan #RabuNulis, melainkan #MalamRabuNulis. Hahaha
Pagi ini kebetulan ada tweetnya Rian D’Masiv lewat di timeline saya tentang awal-awal “konsernya” D’Masiv. Dimana yaa sama kaya band tahun 2000-an pada umumnya, manggung-manggun dengan kualitas sound seadanya. Gitu-gitu lah…
Bikin saya jadi inget bahwa, semua yang kita capai ini butuh proses, dan sebelum proses itu terjadi, semua harus punya starting point. Enggak ada yang ujug-ujug kita jadi baik, jadi pintar, jadi romantis, jadi buruk, jadi pemabuk, jadi kecanduan rokok (or something worse). Like literally everything has a starting point. Even my love for you, tsaahhh!
Bahkan enggak ada juga sebenernya namanya kebetulan, semua ini proses yang panjang yang saling terkait, cuma kita enggak tau aja. Gitu kata stoisisme.
Jadi perokok yang sehari bisa habis berbatang-batang juga mulai dari ngehisap 1 rokok, enggak harus 1 batang, 1 hisapan aja. Jadi pintar juga dimulai dari 1 langkah kecil, baca buku sepertiga halaman. Yang keduanya sebenernya ada di tangan kita pilihannya. Toh sekarang keduanya udah gampang dicapai, banyak buku digital, banyak hal-hal baik di internet, juga banyak hal-hal buruk di sekitar kita, di internet.
Keduanya sama-sama bisa diakses dengan mudah, mudah sekali.
Next question, gimana keadaan kita sekarang apakah udah baik? apakah masih ada yang perlu dibenahi? atau gimana nih? Kalo misal masih ada sumtin’ wrong sama kita, mungkin coba diingat lagi starting point nya kita bisa kaya gitu tu gimana sebenernya. Kemudian, mari kita bikin starting point yang baru untuk diri kita yang lebih baik tentunya.
So everyone, choose your own starting point. Have a great day!